Perbedaan yang paling mendasar antara sistem penyiaran televisi analog dan digital terletak pada penerimaan gambar lewat pemancar. Pada sistem analog, semakin jauh dari stasiun pemancar televisi, sinyal akan melemah dan penerimaan gambar menjadi buruk dan berbayang. Sedangkan pada sistem digital, siaran gambar yang jernih akan dapat dinikmati sampai pada titik dimana sinyal tidak dapat diterima lagi.
Perbedaan TV Digital dan TV Analog hanyalah perbedaan pada sistim tranmisi pancarannya, kebanyakan TV di Indonesia, masih menggunakan sistim analog dengan cara memodulasikannya langsung pada Frekwensi Carrier, Sedangkan pada Pada sistim digital, data gambar atau suara dikodekan dalam mode digital (diskret) baru di pancarkan.
2.2 Cara distribusi dan penerimaan tv analog dan digital
Kalau pada sistem TV analog yang sekarang ini kita nikmati sebuah kanal RF hanya ditempati oleh satu sinyal program siaran TV, maka pada sistem digital setiap kanal RF dapat digunakan bersama secara multipleks oleh beberapa program siaran. Di samping itu, teknik modulasi digital disertai pengolahan sinyal yang canggih memungkinkan sistem TV digital lebih tahan terhadap gangguan derau, distorsi oleh kanal, maupun efek interferensi. Akibatnya kualitas gambar yang dihasilkan juga lebih baik dibandingkan sistem analog. Contoh penerimaan gambar di dalam gedung: siaran analog mengalami efek gambar ganda atau ghost sedangkan siaran digital memberikan gambar sempurna Di samping itu, teknologi digital memungkinkan jaringan pemancar TV yang bekerja pada frekuensi yang sama (single frequency network, SFN) untuk meningkatkan cakupan dan kualitas sinyal.Dari dua hal di atas, kapasitas dan kualitas, tampak bahwa sistem TV digital punya daya tarik yang tinggi, baik bagi masyarakat sebagai konsumen maupun bagi industri dan pemerintah. Misalkan saja setiap kanal RF memultipleks 5 program siaran, berarti teknologi ini menjanjikan lapangan kerja minimal 5 kali lebih besar di bidang industri kreatif. Demikian pula penerimaan gambar yang lebih baik dibanding analog, dalam kondisi nonLOS dan bergerak, tentu menarik bagi penikmat TV dengan mobilitas tinggi. Di Indonesia, migrasi dari analog ke digital menuntut tersedianya perangkat decoder atau settop box yang murah, sedemikian hingga seluruh lapisan masyarakat dapat menikmati siaran TV digital tanpa perlu membeli pesawat TV baru.
2.3 Cara memproduksi siaran tv digital dan analog
Perangkat
TV Analog menggunakan tabung katoda sebagai display, sementara TV Digital
menggunakan panel layar datar seperti LCD, plasma, atau LED. Akibatnya, TV
Analog cenderung lebih besar dan tebal dibandingkan dengan TV Digital. TV
Analog juga mengonsumsi daya yang lebih banyak dibandingkan dengan TV Digital.
Resolusi
perangkat TV Digital bisa diatur di angka 480p (SD = Standar Definition) atau
bahkan di 780p atau 1080i / p yang dikenal sebagai HD atau high definition. HD
memungkinkan untuk meningkatkan ukuran TV tanpa mengorbankan kualitas gambar
pada layar. TV Analog menggunakan resolusi SD. Meskipun telah ada upaya untuk
mengimplementasikan HDTV untuk TV Analog, akan tetapi persyaratan dalam hal
bandwidth yang terlalu besar sehingga tidak mungkin diterapkan.
Dalam
produksinya, TV Analog biasanya terbatas pada ukuran di bawah 30 inci karena
membuat ukuran layar lebih besar menimbulkan tantangan yang lebih besar tanpa
keuntungan nyata dalam kualitas gambar. Sementara TV Digital telah berkembang
hingga dapat memiliki layar dengan ukuran lebih dari 50 inci.
Sumber :
http://putimegitasari.blogspot.co.id/2016/10/produksi-distribusi-dan-penerimaan.html
